Kedelapan dewata (八仙), merupakan sekelompok dewa dan dewi dalam kisah mitologi tiongkok. Sebagian ahli taoisme berpendapat bahwa mereka sama tingkatannya dengan dewa-dewa di kahyangan lainnya, namun ada juga yang berpendapat sebaliknya dan tetap menganggap bahwa kedelapan dewata, masih berada di tingkatan yang lebih rendah. Setingkat dengan tingkatan para peri dan malaikat dalam legenda barat. Pendapat yang terakhir muncul, lantaran dalam kisah-kisah mengenai kedelapan dewata. Selalu diceritakan bahwa kedelapan dewa dan dewi ini masih memiliki keterikatan dengan kehidupan duniawi, gemar berpesta dan meminum arak.
kedelapan dewata ini tinggal di gugusan lima pulau misterius disekitar gunung suci Penglai (蓬莱山). Konon hanya di kelima gugusan pulau itulah pohon –pohon buah persik yang bibitnya ditanam sendiri oleh Wang Mu Niang-Niang (瑤池元君西王母) mampu tumbuh dengan baik. Kedelapan dewata sebenarnya bertugas menjaga keasrian taman buah persik ini, namun seringkali mereka meninggalkan pulau secara diam-diam demi mengunjungi dunia ramai.
Kedelapan dewa terdiri dari:
Zhongli Quan (鐘離權) dikenal juga dengan sebutan Han Zhongli (漢鐘離)
diyakini merupakan yang paling senior diantara kedelapan dewa, konon
beliau adalah seorang jenderal merangkap sebagai seorang pendeta Tao.
Hidup pada masa dinasti HAN, pada akhir hidupnya ia mencapai
kesempurnaan dan menjadi dewa. Beliau digambarkan sebagai dewa dengan
perut yang besar dan wajah yang selalu tersenyum sambil memegang kipas
berukuran lebar.
Beliau turut membimbing rekannya Lu DongBin untuk mencapai kesempurnaan dan menjadi dewa. dalam novel perjalanan ke barat karya Wu Cheng’en dikisahkan bahwa delapan dewa merupakan sahabat kera sakti. Mereka berteman lantaran si kera sakti yang liar senang menghadiri pesta buah persik dan minum arak yang setiap hari diadakan para dewa di kahyangan. Zhongli quan bersama Lu Dongbin kemudian juga disebut sebagai guru dari Zhang Sanfeng pendiri perguruan beladiri Wudang seorang praktisi yang kemudian menjadi guru besar dalam ajaran Tao.
Cao Guojiu (曹國舅) atau paman kerajaan bermarga Cao menjadi salah satu menteri di jaman dinasti Song, Setelah adiknya yang merupakan selir utama nomer 4 kaisar Raizong berhasil membujuk sang Raja untuk mengangkat semua saudara lelakinya menjadi pejabat istana.
Beberapa tahun kemudian dia meletakkan jabatannya lantaran kecewa terhadap sikap munafik dan semena-mena yang ditunjukkan oleh saudara -saudaranya yang lain. Beliau kemudian berkelana sembari membawa sebuah papan nama sakti yang terbuat dari batu giok, sebagai bukti bahwa beliau berasal dari kalangan bangsawan. Konon papan ini dapat berubah menjadi kipas dan apabila dihembuskan akan membuat udara disekitarnya menjadi sejuk dan murni. Beliau juga dianggap sebagai pelindung para seniman. seperti mayoritas dari kedelapan dewa, iapun membawa sebuah botol labu berisi arak.
Li T’ieh-kuai (李鐵拐) dikisahkan memiliki wajah yang jelek dengan pakaian kumuh dan berpenampilan seperti pengemis yang cacat , menggenakan sebuah tongkat untuk menyangga sebuah kakinya. Sifatnya sangat tempramental dan keras kepala. Kendati demikian beliau merupakan salah satu tabib terpandai dalam mitologi tiongkok. beliau hanya berkenan menolong dan menyembuhkan kaum papa. Beliau tidak pernah mempedulikan uang dan penampilan.
Maha dewa Lao Tzu (老子 ) sang penyebar ajaran TAO mengagumi sosok Li Ti’eh kuai. Beliau berkenan mengangkat Li Ti’eh kuai sebagai murid dan memberinya dua buah pil sakti. Pil yang pertama membuat Li Ti’eh kuai selamanya tak merasa lapar sedang pil yang kedua membuatnya mampu terbang kearah mana saja secepat kilat.
Maha dewa Lao Tzu juga berkenan memberkahi sebatang kayu yang digunakan untuk menyangga kakinya yang cacat agar bersifat kekal dan tidak rusak. Terakhir sang Maha dewa juga menganugerahi Li Ti’eh Kuai dengan sebuah botol labu. Botol labu ini bila dibuka akan mengeluarkan segumpalan asap yang kemudian menjadi awan dan berfungsi sebagai kendaraan Li Ti’eh Kuai.
Lan Caihe (藍采和) merupakan murid dari Li Ti’eh Kuai berwujud anak belasan tahun, yang selalu membawa keranjang bambu berisi bunga. Jenis kelaminnya tidak pernah jelas. Konon suaranya sangat merdu dan beliau gemar menyanyikan lagu-lagu perjuangan yang mengisahkan tentang peristiwa-peristiwa baik yang telah terjadi dan akan terjadi. kadang terlihat beliau menggunakan pakaian yang sangat sederhana dan hanya menggunakan satu sisi sepatu dan membiarkan kaki yang lainnya berjalan dengan telanjang. Beliau berkeliling kota dan menyanyi orang-orang disekitar yang menyangkanya pengemis akan memberinya koin-koin logam, namun koin-koin ini tak pernah diambilnya dan ditinggalkan agar dipungut pengemis lainnya.
Pada musim dingin beliau malah tidur dalam keadaan telanjang dan anehnya setiap salju yang menimpa tubuhnya akan langsung meleleh. Sementara di musim panas ia justru menggenakan pakaian yang sangat tebal.
Beliau merupakan pelindung bagi para penyanyi yang gemar membawakan lagu-lagu nasionalis dan perjuangan. Seperti mayoritas kedelapan dewa lainnya. Lan Caihe juga seorang pemabuk.
He Xiangu (何仙姑) adalah satu-satunya dewi diantara jajaran kedelapan dewata. Semenjak kecil telah tertarik untuk membina diri demi menjadi dewa. ia mematuhi anjuran guru rohnya untuk selalu memakan mutiara dan berjanji untuk selamanya hidup sebagai perawan. Ketika mencapai kesempurnaan He Xiangu menghilang atau moksa dalam perjalanan ke ibukota untuk menemui kaisar wanita Wu Zetian (武則天) dari dinasti Song.
Dalam pesta kedelapan dewata, sang Dewi hanya akan menikmati buah persik dan nyanyian tidak pernah turut serta mengkomsumsi arak. Beliau diwujudkan sebagai seorang dewi yang cantik luar biasa dan membawa sekuntum lotus raksasa. Konon lotus ini bisa menyembuhkan segala penyakit. Setiap berjalan beliau juga akan ditemani seekor burung yang bersuara merdu.
Beliau merupakan dewi yang dipercaya sebagai pelindung dari para gadis.
Filsuf Han Shiang (韓湘子) merupakan murid dari dewa Lu Dongbin. Di dunia beliau merupakan kemenakan kesayangan dari Han Yu (韓愈) seorang negarawan bijak dari kerjaan Tang. Selain memainkan seruling , Han Xiang juga gemar mengkaji kebenaran ajaran Tao dan Khonghucu. Pernah suatu ketika beliau menuangkan arak yang tiada habis-habisnya dari suatu kendi untuk membuktikan kebenaran ajaran mistis Tao.
Beliau sangat pandai bermain suling, konon ketika suling saktinya ditiup, burung-burung dan hewan –hewan akan keluar dari dalam hutan untuk mendengarkan nyanyiannya. Bunga-bunga harum juga akan tumbuh dari dalam tanah bahkan juga dikatakan bahwa suara tiupan suling-nya dapat menghidupkan orang yang telah meninggal. Beliau dianggap sebagai dewa pelindung para pemain suling.
Zhang Guo Lao (張果老) adalah seorang ahli kimia yang berasal dari dinasti Tang, beliau mengaku telah hidup semenjak dinasti Xia dan ketika bertemu raja wanita dari dinasti Song Wu Zetian (武則天), mengaku baru berumur seratus tahun. Beliau dikenal sebagai pembuat arak para dewa. Arak dengan kandungan khusus yang selain memabukkan juga mampu membuat peminumnya sehat selalu dan hidup abadi.
Beliau dikenal sering berkelana dan berjiwa eksentrik. Kendaraannya adalah sebuah keledai yang terbuat dari kertas dan berfungsi seperti balon. Ketika akan melakukan perjalanan beliau hanya cukup meminumkan air ke keledai tersebut dan dengan seketika keledai itupun hidup.
Biasanya beliau bertamasya sejauh 1000 li, dengan duduk di keledai pada posisi yang berlawanan dengan kepala keledai itu. Setelah puas bertamasya Zhang Guo Lao akan turun dan memasukkan kembali keledai kertasnya kedalam saku.
Dikatakan juga bahwa beliau sanggup bertransformasi menjadi kelelawar, menghilang, kebal terhadap segala jenis racun serta mengambil burung yang sedang terbang dilangit.
Lǚ Dòngbīn (呂洞賓) adalah yang paling dikenal dalam jajaran kedelapan dewata. Meski digambarkan sebagai seorang tua yang terpelajar dengan pedang dibahunya. Lǚ Dòngbīn justru yang seringkali menunjukkan sifat kekanak-kanakan diantara kedelapan dewata lainnya. Beliau juga merupakan seorang perayu wanita ulung yang dianggap merupakan pencipta gerakan sexual ala tiongkok kuno.
Kemungkinan karakter beliau terilhami dari salah seorang pendeta Tao bernama Lu Fan. Hidup dimasa dinasti Tang dan turut berperan serta dalam mendirikan Perguruan silat Quanzhen yang berdasarkan pada ajaran Tao dan merupakan pecahan dari perguruan Wutang. menurut catatan-catatan sejarah awal, pemujaan terhadap Lǚ Dòngbīn telah dimulai sejak masa dinasti Song.
Konon, dimasa itu beliau telah dipuja sebagai dewa yang menjaga unsur kesetiaan dalam ikatan persahabatan. Sejumlah peribahasa yang juga memuat namanya telah ada dalam literatur tiongkok kuno. Peribahasa-peribahasa ini umumnya bermakna tentang kesetiaan, kesabaran dan kebajikan.
Peneliti sejarah ritual dan kepercayaan dunia timur Richard Wilhelm menyatakan bahwa Lǚ Dòngbīn merupakan pendiri perguruan rahasia emas mencapai umur panjang dan juga penulis buku Rahasia bunga emas (太一金華宗旨). Sementara perguruan beladiri Wudang mengklaim bahwa beliau merupakan pencipta ilmu silat pedang delapan dewata yang merupakan ilmu paling rahasia dan tertinggi di perguruan itu. Ilmu silat pedang ini konon diajarkan sendiri oleh sang dewa kepada Zhang Sanfeng pendiri perguruan itu.
Sementara pemujaan terhadap kedelapan dewata secara keseluruhan baru dimulai pada tahun-tahun awal dinasti Yuan. Kedelapan dewa digambarkan sebagai malaikat-malaikat yang selalu mengelilingi dunia dengan sebuah kapal mewah yang penuh dengan harta karun, pada setiap tanggal 15 menurut sistem penanggalan tiongkok menjelang tengah malam.
Setiap permintaan manusia yang kebetulan berpapasan dengan mereka. Pasti akan dikabulkan. Pada jaman dahulu, setelah selesai melakukan ritual sembahyang rutin. Para pemuda akan begadang semalaman penuh berharap akan berpapasan dengan kedelapan dewata yang tengah berpesta. Di masa kini,sebagian kecil umat Tri Dharma masih melakukan kegiatan ini, bergadang sepanjang tanggal 15 imlek baik sebagai kebiasaan maupun ritual kepercayaan.
Kisah kedelapan dewata banyak dikisahkan pada mitologi Tiongkok baik dalam bentuk puisi, novel, lirik nyanyian maupun patung dan lukisan. Dalam seni olah tubuh dan jiwa ala Tiongkok kedelapan dewata juga menjadi representasi diagram Ba Qua. Nama-nama mereka kemudian digunakan untuk menamai jurus dalam rangkaian seni kungfu kedelapan dewa.
Makna sesungguhnya dari kisah kedelapan dewata adalah tentang usaha yang berbeda-beda dari kedelapan tokoh untuk mencapai kesempurnaan. hal ini dilukiskan lewat kendaraan yang mereka gunakan pada saat hendak menuju nirwana. He Xiangu mengendarai semacam sendok bambu, Cao Guojiu mengendari papan nama dari batu giok, Li Tieguai mengendarai awan yang dikemudikan oleh tongkat peyangganya, Lan Caihe menaiki bangau, Lü Dongbin berdiri diatas pedangnya, Han Xiang Zi terbang sambil memainkan seruling, Zhang Guo Lao dengan keledai kertasnya, dan Zhongli Quan berlayar dengan kipas lebarnya.
Pada akhirnya, tentu saja kedelapan dewata mampu mencapai nirwana, hanya saja jarak kedatangan mereka berbeda-beda ada yang cepat dan ada yang lambat bergantung pada kendaraan dan cara yang mereka tempuh. (TAF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar