Konon sejak usia kanak-kanak, beliau telah disiapkan oleh kedua orangtua-nya agar menjalani kehidupan sebagai seorang biksu. Beliau kemudian berguru pada seorang biksu buddha beraliran Zen bernama Min Song (明松禪師) yang tinggal digunung Da Jing Shan (大靜山) Selain mendalami filsafat buddha, beliau juga mempelajari ilmu Astronomi dan Feng Shui selama kurang lebih 3 tahun hingga ditasbihkan menjadi seorang biksu dengan nama Buddha Pu Zu.
Setelah turun gunung biksu Pu Zu berkelana hingga tiba didaerah antara Anxi dan Xiamen. Di tempat itu berdiri sebuah gua yang didepannya juga terdapat sebuah mata air yang jernih dan dikenal dengan sebutan Qing Shui Yan (Cadas air jernih). Beliau-pun memutuskan untuk tinggal disini sebagai pertapa sambil menjalankan dharma.
Berkat pengetahuannya beliau sanggup meramalkan cuaca, seperti memprediksi waktu ketika musim kering berakhir serta hujan turun, beliau juga ahli dalam meramu berbagai obat mujarab untuk mengobati penyakit yang diderita penduduk sekitar, dalam memproses ramuannya dia menggunakan air dari sumber mata air Qing Shui Yan sehingga masyarakat didaerah itu kemudian menjuluki beliau dengan sebutan Qing Shui Zu Shi (清水祖師) yang berarti Dewa / orang sakti dari cadas air jernih.
Sebagai seorang Biksu beliau selalu menolong orang dengan cuma-cuma. Selain dalam hal pengobatan beliau juga tercatat pernah membantu merancang dan turut serta mendirikan sebuah jembatan di daerah itu.
Pada tanggal 6 bulan 6 menurut sistem penanggalan Tiongkok di tahun 1143 M, pada masa pemerintahan Kaisar Wei Zhong dari Dinasti Song. Qing Shui Zu Shi meninggal dalam pertapaannya.
Penduduk didaerah Xiamen kemudian mendirikan sebuah klenteng demi penghormatan akan beliau. Bahkan ketika banyak diantara mereka yang bermigrasi ke wilayah Taiwan. Mereka tidak lupa membawa rupang Qing Shui Zu Shi dan mendirikan sebuah klenteng lagi disana. Meski selama hidupnya Chen Zhao Ying menjalani laku hidup sebagai seorang biksu namun umat Tao justru menganggap beliau sebagai dewa yang menjadi pelindung unsur Yin dan kesehatan.
Rupang beliau berwujud seorang biksu yang tengah duduk bersila dengan memakai topi lima warna yang menjadi ciri khasnya. Serta dibalut sebuah jubah berwarna merah. Uniknya wajah beliau sering ditampilkan dengan warna yang berbeda-beda diantaranya merah, kuning dan hitam.
Warna kuning dan merah hanya berfungsi untuk menunjukkan identitas dan asal daerah umat imigran yang memujinya. Sementara yang berwajah hitam lazimnya disebut Wu Mian Zhu Shi (烏面祖師), juga berfungsi sebagai dewa pelindung dan penangkal serangan ilmu-ilmu hitam, sesat dan tak kasat mata.
Hal ini didasarkan pada sebuah kisah:
Bahwa semasa hidup, biksu Pu Zu pernah melawan empat jenderal iblis ( bernama Zhang,Huang, Su, dan Li) di dalam guanya. Pertarungan ini berlangsung selama tujuh hari dan tujuh malam. Awalnya sang Iblis tampak lebih unggul, namun pada akhirnya tentu saja sang Biksu berhasil membasmi setan tersebut. Malangnya wajah biksu Pu Zu juga terluka hingga rusak dan berwarna hitam, akibat racun yang sempat ditebarkan oleh si Iblis. Luka diwajahnya konon tidak dapat disembuhkan dan hingga akhir hidupnya biksu Pu Zu tetap berwajah hitam.(ada juga kisah yang menyatakan bahwa suatu ketika gua tempat tinggalnya terbakar selama 7 hari 7 malam, pada waktu itu biksu Puzu tengah bersemadi dan terkurung didalamnya, ketika kebakaran berhenti ternyata biksu Puzu masih hidup dengan wajahnya yang kemudian berwarna hitam seperti bekas daging terbakar).
Sementara itu Qing Shui Zu Shi juga sering disebut sebagai Luo Bi Zu Shi (落鼻祖師). Gelar ini merujuk pada kesaktian rupang-rupang beliau.Konon menurut hikayat, hidung pada rupang-rupang dewa Qing Shui Zu Shi akan dibuat agar selalu terlihat menonjol. sebab di jaman dahulu hidung rupang juga berfungsi sebagai penanda. Hidung itu akan terlepas dari rupang sang dewa dengan cara yang misterius ketika sebuah daerah atau kota tempat rupang itu berada akan menghadapi musibah yang sangat besar.
Umumnya altar Qing Shui Zu Shi ditempatkan menghadap sebuah sumber air. Disesuaikan dengan gambaran tempat pertapaan asli beliau yang menghadap sumber air Qing Shui Yan. Sedangkan pemuja beliau umumnya berasal dari daerah Hokkian dan Taiwan serta merupakan keturunan dari kaum imigran asal daerah Xiamen.
Sebuah hal unik terdapat di klenteng Co Su Kong yang didirikan di kota Bengkalis, Dumai, Riau. Di depan altar Yang Mulia Qing Shui Zu Shi terdapat sebuah sumur yang tidak pernah mengering sejak ratusan tahun yang lampau, dengan air yang selalu jernih dan dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit.(TAF)
Ref:
http://www.wihara.com/
Qingshui Zushi – 清水祖師 cosukong -祖師公 By: chingik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar