Kong Qiu (孔丘) terlahir dengan nama Zhong Ni (仲尼) lazimnya, disebut dalam literatur barat sebagai Confusius. Seorang Filsuf dan aktivist Sosial, dikenal sebagai pendiri sekolah /rumah pendidikan “sekolah untuk para Pemikir” (儒家) serta penyebar ajaran etika konfusianisme. lahir pada tahun 551 SM, di kota Qufu , wilayah Provinsi Shandong.
Cerita kelahirannya banyak diliputi dengan mitos, dongeng dan legenda. Dimulai dari kisah Ibu-nya yang konon sebelum melahirkan Zhong Ni ,pernah mendapatkan sebuah kalung batu giok dari seekor Killin sakti di bukit Qiu, hal ini menyimbolkan bahwa langit berkenan memberikan anugerah kepada sang calon anak yang dikandung untuk menjadi orang besar di kemudian hari. Konon pada hari kelahiran beliau cuaca juga mendadak berubah sempurna lantaran kehadiran para dewa-dewi dalam mitologi Tiongkok yang ingin memberikan selamat kepada keluarganya.
Faktanya, masa kecil Kong Qiu justru tidak bisa dikatakan mewah dan cenderung memprihatinkan, Ayahnya yang pensiunan seorang perwira kerajaan Lu, meninggal akibat sakit tua , ketika beliau kira-kira berusia tiga tahun. Ibunya yang meski berasal dari golongan bangsawan, justru harus hidup miskin lantaran semasa hidup suaminya telah menghabiskan harta kekayaan mereka. Untunglah, kakek-nenek beliau dari pihak ibu masih menyayangi cucunya merekalah yang kemudian membiayai pendidikan dasar Kong Qiu.
Meskipun cerdas, namun karena miskin dan tidak memiliki koneksi dengan penguasa, di masa mudanya Kong Qiu hanya bekerja sebagai pencatat kas pada sebuah keluarga yang kaya raya di kota itu. Beliau juga sempat menjadi petani dan peternak hingga kemudian menikah dan memiliki seorang putra bernama Pik Gi.
Kong Qiu hidup pada saat tiongkok tengah mengalami jaman keemasan dalam perkembangan nilai-nilai filosofi. Masa ini terjadi diantara tahun 770 hingga 221 SM. Pada saat itu hampir semua orang mampu berdiskusi tentang filsafat, bahkan mereka berbondong-bondong untuk menjadi murid dari para filsuf yang mereka anggap telah memiliki pengetahuan yang tinggi. Masa ini kemudian dikenal sebagai “jaman berdirinya ratusan rumah pendidikan dan lahirnya kaum pemikir (諸子百家).”
Pada usianya yang keduapuluhtiga, ibunda Kong Qiu wafat. Ia lantas memutuskan untuk meninggalkan semua pekerjaannya, dengan alasan tengah berkabung, beliau kemudian mempelajari serta merangkum pelajaran-pelajaran filosofi selama 3 tahun, dan hijrah dengan membawa seluruh anggota keluarganya. Demi mencoba peruntungannya di negeri Chu.
Di negeri ini meski tidak mendapatkan pekerjaan yang layak namun Kong Qiu berkenalan dengan orang-orang penting di negeri itu. Mereka menghargai kecerdasan beliau. Di negeri ini ketertarikan Kong Qiu akan seni musik mengalami perkembangan, ia tidak segan untuk berguru pada pemusik istana. Dasar-dasar filosofi-nya pun semakin dimatangkan di negeri ini. Beliau juga mulai menerima sejumlah murid dan mendapatkan julukan sebagai Kong fu Zi (孔夫子).
Nama besarnya, menarik pangeran kerajaan Lu saat itu, yang bernama Lu Thing Kong, beliau meminta Kong Qiu untuk kembali ke negeri kelahirannya. Disana Kong Qiu diberi jabatan sebagai gubernur di wilayah Tiong To. Kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menerapkan filosofi yang selama ini telah dirangkumnya kepada seluruh warganya. Hasilnya hanya dalam beberapa tahun kota itu telah menjadi contoh kota teladan,semua masyarakatnya memiliki moral yang baik, patuh pada perintah kerajaan, saling menghormati dan pantang mencuri.
Pangeran sangat menggagumi prestasi Kong Qiu ini, beliau-pun lantas merekomendasikan Kong Qiu untuk jabatan yang lebih tinggi menjadi hakim agung atas seluruh negeri itu. Kong Qiu menduduki jabatan ini saat berusia lima puluh tiga tahun. Raja saat itu, juga berkenan mengangkat Kong Qiu menjadi menteri kiri (menteri utama dari kalangan sipil). Sayangnya lantaran perbedaan prinsip, pada akhirnya jabatan ini ditinggalkan.
Kong Qiu gagal menyadarkan raja Lu, yang terlalu banyak menggumbar kesenangan duniawi dan melupakan urusan kerajaan. Karena dirasa tidak ada gunanya lagi untuk bertahan di negerinya kong Qiu bersama murid-muridnya kembali merantau. Kali ini beliau mengunjungi negara Wei, Song, Chen dan Cai. Berkat nama besarnya Kong Qiu seringkali menjadi tamu kehormatan para pejabat di negeri itu dan kemudian membantu mereka menyelesaikan setiap masalah ketatanegaraan yang dihadapi.
Beliau memutuskan berhenti berkelana dan kembali ke negerinya pada usia ke enampuluh delapan dan menyatakan pensiun. Konon disaat perjalanan pulang, beliau menemukan jasad seekor Killin, ia menyatakan pada murid-muridnya bahwa killin itulah yang dulu berkenan memberi ibunya sebuah kalung batu giok, yang senantiasa digunakan oleh Kong Qiu. Menurutnya perjumpaan ini adalah suatu pertanda bahwa umurnya juga tidak panjang lagi.
Tak lama kemudian ternyata justru putra dan murid kesayangan beliau yang meninggal terlebih dahulu. Diliputi kesedihan yang luar biasa, Kong Qiu menghabiskan sisa-sisa umurnya untuk merangkum seluruh pengetahuannya kedalam lima jilid buku yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan Wu Jing (五經) yang meliputi antologi puisi, panduan tata cara peribadatan, seni musik, catatan sejarah dan deskripsi sifat manusia.
Kong Qiu meninggal di usia-nya yang ketujuhpuluh tiga tahun, ada yang menyatakan bahwa kesedihan atas kepergian putranya-lah yang menyebabkan kesehatan Kong Qiu terus menurun hingga meninggal. Beliau dimakamkan dikota kelahirannya. Sepeninggalan beliau sebagian besar muridnya kemudian berkelana ke seluruh dunia demi menyebarkan ajaran dan filosofinya. Sebagian ada yang tetap tinggal dikota itu dan berasimilasi dengan keturunan asli Kong Qiu.
Pemerintah Tiongkok kemudian menjadikan kota kelahiran beliau sebagai cagar budaya, mendirikan sebuah klenteng (vihara) besar sebagai tanda peringatan serta menjuluki kota itu dengan sebutan Kong Li , yang berarti daerah keturunan Kong (Qiu).hingga hari ini kota Qufu banyak dikunjungi oleh orang-orang yang kagum dan menghormati ajaran kong Qiu.
Ajaran Kong Qiu, bukan satu-satunya ajaran filosofi yang berkembang di masa itu. Taoisme yang diajarkan Lao Zi, Legalisme yang diajarkan oleh Li Shi, prinsip logika, Mohisme, bahkan hukum-hukum Yin dan Yang (kemudian mendasari lahirnya ilmu Feng Shui) juga berkembang dimasa itu. Hanya saja ajaran Kong Qiu-lah yang mampu diterima oleh berbagai kalangan dan bertahan hingga sekarang.
Hal ini mungkin disebabkan karena ajaran Kong Qiu bersifat universal dan memiliki lingkup yang luas mulai dari moral, bakti, hubungan antar manusia, tata cara peribadatan, kesetiaan pada sesuatu yang baik dan benar. Semua demi membentuk pribadi sempurna juga mengajarkan tentang hukum ketatanegaraan, gender dan kesetaraan.
Fakta sejarah bahkan telah membuktikan bahwa dinasti-dinasti yang berkuasa paling lama di negeri Tiongkok (dinasti Han dan Diansti Tang) mendasari sistem pemerintahannya pada ajaran Konghucu, bahkan Dinasti di masa keemasan Tiongkok, diansti Ming juga sangat menghormati ajaran Khonghucu.
Filosofi Kong Qiu dikenal dalam kebudayaan barat berkat seorang pendeta Jesuit yang tengah memberikan tugas perlayanan di negeri Tiongkok pada masa dinasti Ming, bernama Matteo Ricci konon selama menyebarkan agama nasrani di Tiongkok, agar mudah memperoleh pengikut dia menyelingi ajarannya dengan filosofi-filosofi Kong Qiu. Bahkan kemudian karena sangat tertarik pada filosofi tersebut, bersama sahabatnya Prospero Intorcetta mulai menerjemahkan 4 kitab dan lima karya klasik kedalam bahasa latin dan menyebarkannya ke seluruh eropa.
Jenderal Ma Fuxiang (馬福祥), seorang muslim pemimpin suku Hui, hidup dimasa akhir dinasty Qing, juga menggagumi prinsip-prinsip ajaran Khonghucu, beliaulah yang konon berjasa besar dalam memasukkan kembali ajaran Khonghucu dalam mata pelajaran sekolah di jaman Kuomintang yang cenderung berorientasi kebarat.
Sejak jaman Dinasti Han beragam julukan telah diberikan oleh pihak kerajaan bagi pribadi Kong Qiu mulai dari Bangsawan Ni (褒成宣尼公), orang bijaksana dan guru dijaman akhir (至聖先師) hingga panutan utama para guru sepanjang jaman (萬世師表).
Meski akibat dari revolusi budaya, perkembangan filosofi Khonghucu di Tiongkok sendiri, mengalami kemunduran. Namun filosofi Khonghucu tetap dipelajari di sebagian negara Eropa, dan asia terutama di negara Taiwan, Vietnam, Korea, Jepang dan Indonesia. Sementara bagi umat Islam aliran Ahmadiyah sosok Kong Qiu dan Lao Zi disejajarkan dengan nabi-nabi utama dalam ajaran agama mereka.
Malangnya, tidak ada lukisan, patung dan media apapun yang pernah mendeskripsikan sosok asli Kong Qiu. Personalisasi terhadap Kong Qiu baru dimulai pada masa dinasti Han. Kemudian sejak jaman Dinasti Ming, personalisasi atau penggambaran tentang sosok Kong Qiu mengalami penyeragaman berdasarkan figur lukisan karya Wu Daozi dari Dinasty Tang. Figur inilah yang tetap digunakan hingga masa ini untuk menggambarkan personalisasi Kong Qiu.
Di Indonesia peringatan akan beliau jatuh pada tanggal
- 27 bulan 8 menurut sistem penanggalan Tiongkok (shejit)
- 18 bulan 2 menurut sistem penanggalan Tiongkok, sebagai Ki Sien (Wafat),
- 21 atau 22 Desember Nasional, sembahyang Tang Cik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar