Minggu, 29 April 2012

Tian Shang Shen Mu




Tian Shang Shen Mu (天上聖母) dikenal juga dengan sebutan Ma Zu, Ma Zu Po atau Tian Hou (ratu langit). merupakan dewi pelindung bagi para pelaut.Beliau dilahirkan di di Pulau Mei Zhou yang terletak didekat Pu Tian daerah Fujian.pada masa pemerintahan Kaisar Tai Zu dari Dinasti Song Utara dengan nama Liem Mu Niang.

Sejak kecil Liem Mu Niang telah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Pada usia tujuh tahun, beliau dikatakan telah menguasai ilmu astronomi. Sanggup membaca peredaran cuaca dengan baik, mengetahui kapan datangnya hujan, dan mampu menghitung lama badai yang akan melanda lautan. keahliannya ini kemudian digunakan oleh para pelaut yang bermukim disekitar tempat tinggalnya,untuk menentukan waktu yang baik ketika pergi mencari ikan, serta menghindari badai demi keselamatan nyawanya.

Liem Mu Niang juga dikenal karena keahliannya dalam bidang pengobatan,konon dia mempelajari semua kepandaiannya ini dari kitab yang pernah diberikan oleh maha dewa Lao Tzu. Beliau mampu menawarkan segala penyakit layaknya Mazu, tokoh tabib legendaris dari dinasti Tang.Demi penghormatan atas bakatnya ini, masyarakat sekitar kemudian memberinya gelar sebagai ling nü (gadis mukjijat), long nü (gadis naga) dan shen gu (bibi yang sakti).

Suatu hari Liem Mu Niang pergi berlayar menemani ayahandanya, namun malang kapal yang mereka tumpangi mengalami kerusakan hingga karam di tengah lautan membuat kedua ayah dan anak itupun tewas bersama-sama.

Setahun kemudian, penduduk Meizou dengan setulus hati mendirikan sebuah kelenteng di pulau itu demi mengenang segala kebaikan yang pernah dilakukan oleh Liem Mu Niang selama masih hidup.

Pada masa itu, perdagangan maritim dari propinsi Fujian berkembang dengan pesat. Sebagian besar penduduk dari kepulauan Mei Zou-pun kemudian turut serta mengadu nasib dengan menjadi pelaut, demi menjaga keselamatan dan mengingat tanah kelahirannya, mereka selalu membawa patung/ rupang Liem Mu Niang, meletakkan rupang itu di geladak nahkoda kapal mereka. Lama – kelamaan para pelaut lainnya juga mengikuti kebiasaan ini. Mereka mulai menganggap Liem Mu Niang sebagai dewi penguasa lautan yang akan melindungi jiwa mereka, selama berada ditengah lautan.

Pada masa pemerintahan Kaisar Hui Zong dari Song. Seorang menteri ditugaskan untuk mengunjungi Korea, dalam perjalanan melintasi laut, rombongan kerajaan ini dihantam badai. Dari 8 buah kapal yang ada,7 buah tenggelam, hanya kapal yang ditumpangi oleh sang menteri saja yang terselamatkan.

Sang Kaisar, yang seorang penganut ajaran tao percaya, bahwa menterinya pasti telah diselamatkan oleh dewi lautan Li Mu Niang yang banyak disembahyangi oleh para pelaut. Sebagai rasa penghormatan sang Kaisar kemudian memberi gelar "Sun Ji Fu Ren" kepada Liem Mu Niang dan sebuah papan bertuliskan "Sun-ji" yang berarti "pertolongan yang sangat dibutuhkan", hasil tulisan tangan sang Kaisar ini, sampai sekarang masih ada dan tersimpan dengan baik di kelenteng Meizhou.

Ketika kekaisaran Song terdesak oleh invansi bangsa Manchuria hingga ke wilayah selatan, pemimpin dinasti Song saat itu, kaisar Gaozong kehilangan dukungan dari sebagian besar rakyat dan para pejabat di daerah pesisir, mereka menganggap bahwa dinasti Song tidak lagi memiliki mandat langit dan akan segera dihancurkan oleh para pemberontak.

Demi mengambil hati rakyat, Kaisar Gaozong-pun mengumunkan bahwa dinasti Song hendak mengangkat Liem Mu Niang, dewi lautan yang sebagai dewi pelindung dinasti, dengan gelar Tian Shang Shen Mu (天上聖母).

Sebagai imbalannya konon, menurut kaisar Gaozong, sang Dewi akan merestui pemerintahan dinasti Song di wilayah selatan dan membantu mereka dalam mengusir penjajah Manchuria.Cara ini berhasil untuk beberapa saat, dukungan rakyat berhasil diraih. Dinasti Song selatan kembali dipercaya untuk berkuasa dan menurunkan delapan orang raja lagi.

Ketika dinasti Qing berkuasa di kemudian hari, para penguasanya juga merasa perlu untuk mengambil hati warga-warga pesisir. Kaisar saat itu meniru cara kaisar GaoZong, ia mengumumkan pada rakyat akan menjadikan dewi lautan Tian Shang Shen Mu (天上聖母), sebagai istri spiritualnya dan mengangkat beliau sebagai Tian Hou (ratu langit). Untuk selanjutnya segenap rakyat diharuskan tunduk dibawah kekuasaan dinasti Qing, yang merupakan raja-raja keturunan dari Tian Shang Shen Mu (天上聖母). Cara ini meski tak sepenuhnya berhasil namun untuk sementara dapat mempertahankan kekuasaan dinasti Qing atas wilayah Tiongkok.

Berdasarkan fakta sejarah,pada jaman kekuasaan dinasti Ming, Laksamana Zheng He atau San Bao Da Ren, sebelum memulai pelayarannya selalu bersembahyang kepada Thian Siang Sing Bo. Memohon keselamatan bagi kegiatan muhibahnya. Gelar "Tian Fei" dianugerahkan kepada Tian Shang Shen Mu (天上聖母) oleh Kaisar Yong Le, karena dianggap telah berjasa melindungi armada Zheng He.

Umumnya rupang Thian Siang Sing Bo selalu ditampilkan dalam posisi duduk di singasana, sebagai seorang dewi yang cantik dan berpakaian kebesaran layaknya seorang ratu. Disamping rupang beliau terdapat rupang kedua pengawal yang bernama Qian Li Yan (Si Mata Seribu Li) dan Sun Feng Er (Si Telinga Angin Baik).

Qian Li Yan dikatakan berkulit hijau kebiru-biruan, mulutnya bertaring, dan bersenjatakan tombak, sementara Sun Feng Er berkulit merah kecoklatan, mulutnya sama-sama memiliki taring, bersenjata kapak bergagang panjang.

Kedua iblis penguasa lautan ini menurut cerita telah ditaklukkan oleh Tian Shang Shen Mu (天上聖母), kemudian keduanya menjadi pengawal bagi sang Dewi lautan. Telinga sakti digunakan untuk mendengarkan permohonan manusia sementara mata sakti digunakan untuk melihat dan menemukan manusia yang tengah menderita, agar dapat segera diberikan pertolongan.

Kadangkala, di sekitar tempat pemujaan Thian Siang Sing Bo, juga terdapat altar untuk Li Nazha, sesuai dengan kisah dalam novel Fengshen Yanyi, Nazha adalah salah satu dari Wu Ying Jiang (lima komandan pengawal) dari tentara langit, yang berada di bawah komando Tian Shang Shen Mu (天上聖母) (TAF)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar