Rabu, 25 April 2012

Sekilas Sejarah Klenteng Hwie Ing Kiong




Awalnya terdapat sebuah klenteng pemujaan sederhana atas nama YM Ma Zu Thien Shang Shen Mu yang terletak di sebelah barat sungai Madiun (Samping jembatan sebelah barat), yang didirikan oleh para perantauan Tionghoa generasi pertama yang bermukim di wilayah Madiun. Hingga kini tahun pendirian Klenteng pertama di wilayah Madiun ini tidak diketahui secara pasti. Hanya terdapat sebuah catatan dan bukti foto bahwa seorang tokoh Tionghoa bernama Tan Bik Swat bersama – sama kawan lainnya pernah membawa rupang Y.M Ma Zu Thien shang Shen Mu setinggi 97 CM langsung dari negeri tiongkok guna disembahyangi di klenteng ini.

Pada sekitar tahun 1887, istri seorang Residen Belanda yang ditunjuk sebagai penguasa tertinggi wilayah Madiun saat itu, menderita suatu penyakit yang cukup serius. Semua dokter barat yang berdinas di tanah Jawa meyarankan agar sang Istri segera dibawa pulang ke negeri Belanda guna dirawat secara lebih intensif, namun saran ini urung dilakukan oleh sang Residen, mengingat jarak tempuh antara Indonesia dan negeri Belanda, dengan sistem transportasi yang ada di masa itu dirasa terlampau jauh.

Teman sang Residen, Kapiten Liem Koen Tie pemimpin masyarakat Tionghoa (Raad Van Chinezen) Madiun saat itu menawarkan untuk mencoba mengobati penyakit istri sang Residen Belanda dengan ramuan obat tradisional, menurut pengakuan beliau, resep tradisional ini didapat dari kumpulan resep obat Y.M. Ma Zu Thien Shang Shen Mu lewat metode Djiam Sie dan Pak Pwee (yaitu sebuah metode yang diyakini sebagai alat berkomunikasi dengan dewa -dewi secara spiritual dengan bantuan sepasang bandul serta bilah bambu), Sang residen berkenan.

Konon setelah meminum obat tradisional pemberian kapiten Liem Koen Tie, pada malam harinya istri sang Residen bermimpi dalam mimpinya beliau didatangi seorang wanita Tiongkok yang berpakaian anggun laksana seorang ratu, wanita itu berkata bahwa penyakit sang istri Residen akan segera sembuh, dan benarlah setelah mengkonsumsi obat tradisional pemberian kapiten Liem Koen Tie selama seminggu istri sang Residen berangsur-angsur sembuh.

Perempuan yang muncul dimimpi sang istri residen diyakini oleh masyarakat Madiun sebagai sosok Y.M Ma Zu Thien Shang Shen Mu. Oleh karenanya sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasihnya sang Residen Belanda kemudian bersedia memberikan kemudahan kepada perhimpunan masyarakat Tionghoa saat itu untuk mendapatkan tanah di tengah kota seluas kurang lebih 10.000 Meter persegi guna pembangunan kuil / klenteng yang lebih layak.

Setelah tanah berhasil dibeli Pembangunan Klenteng baru dimulai. Proyek pembangunan ini memakan waktu kurang lebih 10 tahun. Dikarenakan perhimpunan masyrakat Tionghoa saat itu telah bersepakat bahwa Klenteng baru akan dibangun dengan anggun dan indah, dengan bantuan seorang Arsitek yang didatangkan secara khusus dari Tiongkok.

Biaya pembangunan ditanggung secara bersama-sama oleh beberapa tokoh masyarakat Tionghoa di kota Madiun kala itu. Klenteng baru ini kemudian diberi nama Hwie Ing Kiong yang secara harafiah bermakna “Istana Kesejahteraan”.

Pada peresmian Klenteng Hwie Ing Kiong di tahun 1897, sang Residen berkenan mendanai pembuatan tiang-tiang peyangga utama klenteng serta menghibahkan pula sejumlah keramik asli dari negeri Belanda. Saat ini sisa-sisa keramik dapat dilihat pada meja persembahan altar Y.M Ma Zu Thien Shang Shen MU, altar Dewa Gay Chiang Shen Ong, dan altar Dewa Guan Ze Zun Wang. (TAF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar