Minggu, 29 April 2012

Raja & Permaisuri langit



Konsep penyembahan terhadap Raja Pualam(玉帝) dan Permaisuri langit dimulai sejak dinasti Song di jaman pemerintahan kaisar Zhenzong (真宗). Kaisar saat itu, mengalami penurunan popularitas dan ketidak percayaan dari rakyat. Demi mempertahankan kekuasaan dan dinastinya, sang kaisar menyatakan bahwa dia memang tengah memegang mandat langit secara sah dan mampu berkomunikasi dengan para dewa. sang Kaisar kemudian dibantu oleh para menteri dan sejumlah sastrawan merumuskan konsep baru akan peran dewa –dewi dalam ajaran Taoisme, yang merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat pada masa itu.

Pada awalnya paham aliran Tao meski mengenal mitologi para dewa, tidak pernah mengenal struktur kerajaan semesta. Sebab hal tentang mengatur kerajaan dan menjalankan pemerintahan memang tidak pernah menjadi isu penting dalam filsafat itu sendiri. Aliran Tao lebih menitikberatkan pada pembinaan dan usaha pribadi para dewa –dewi demi mencapai suatu kesempurnaan dan pencerahan.

Sebaliknya dalam filsuf ajaran Khonghucu yang banyak dianut oleh kaum bangsawan dan raja (kalangan istana) sejak jaman dinasti Han. Subyek pemerintahan menjadi aspek penting yang berperan sebagai salah satu unsur untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar manusia. (anak dengan orangtua, murid dengan guru dan rakyat dengan pemerintah).

Subyek pemerintahan inilah yang pada akhirnya dimasukkan kedalam mitologi tiongkok dan ajaran Tao, lewat asimilasi yang damai melalui karya-karya novel para sastrawan di jaman itu. Tata cara pemerintahan dan bernegara yang tentu saja telah dipengaruhi sedikit oleh unsur filsafat Buddha (suatu filsafat yang juga mulai berkembang dijaman itu) diterjemahkan dalam bentuk konsep kerajaan semesta.


Dalam konsep ini para dewa dikisahkan hanya memiliki kemampuan yang terbatas dan mereka juga masih terikat pada aspek-aspek duniawi , hanya saja karena semasa hidup,perilaku mereka lebih baik dari manusia pada umumnya maka setelah meninggal mereka berhak menjadi dewa dan dewi serta tinggal di Nirvana (alam para dewa) untuk beberapa saat.

Di Nirvana para dewa dan dewi ini menjadi semacam pejabat dalam suatu kerajaan yang menguasai alam semesta. Mereka ditugaskan untuk menjadi dewa pelindung atas hal-hal tertentu. Sesuai dengan keahlian masing-masing.Mereka semua akan menjabat dan tinggal dialam para dewa hingga karma kebaikannya selama dulu hidup di dunia habis, mereka semua bertanggung jawab pada seorang raja yang disebut sebagai Raja Pualam (玉帝) yang konon tingkatannya berada satu tingkat dibawah, satu penguasa tiga bentuk (三清) yang mana nantinya raja ini juga akan bertanggung jawab kepada sebuah majelis yang dipimpin oleh sang Buddha tingkat bawah.

Raja Pualam (玉帝) inilah yang kemudian menurut pengakuan kaisar Zhenzong (真宗) memberikan mandat langit kepadanya, untuk mewakili sang penguasa semesta memimpin seluruh umat manusia dan menjadi raja di atas bumi.
Raja Pualam (玉帝) konon merupakan wujud dari unsur Yang (positif, pria dan panas) murni. Beliau diciptakan oleh dewi kuno Nuwa dan begitu saja diangkat sebagai raja langit. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa beliau merupakan putra mahkota dari kerajaan fiksi bernama kerajaan kemurnian yang terang menderang, semenjak kecil ia banyak menunjukkan kebaikan dan menolong sesama. Ketika dewasa ia memutuskan untuk mencari kehidupan abadi dengan menjadi seorang pertapa pada suatu gua yang terletak di tebing harum dan bercahaya.

Kira-kira 3000 tahun kemudian, para setan mengacau di kahyangan setelah mereka berhasil memporak-porandakan seisi dunia dan membuat seluruh mahkluk hidup menderita. Tidak ada seorang dewa-pun yang sanggup mengalahkan setan-setan ini, hingga memaksa sang satu penguasa tiga bentuk (三清) meminta bantuan seorang pertapa tao yang telah mencapai kesempurnaan di gua harum dan bercahaya.

sang Pertapa berkenan membantu para dewa, dalam sekejap ia dapat membinasakan setan-setan itu, bahkan kemudian dengan kesaktian dan energi Tao-nya yang tidak terbatas ia memulihkan kembali keadaan bumi yang telah rusak. Para dewa dan manusia sangat berterimakasih atas jasanya ini, mereka kemudian mengangkat sang pertapa sebagai raja para dewa yang berkuasa atas seluruh semesta.

Raja Pualam (玉帝) disebut-sebut sebagai ayah dari gadis penenun dalam legenda hari valentine tiongkok (七夕节) “gadis penenun dan pria pengembala sapi”. Beliau juga dianggap pernah mengadakan perjamuan Shio yang dihadiri para binatang-binatang yang kemudian digunakan dalam penamaan keduabelas zodiak Tiongkok.

Komunitas Buddha di India menganalogikan Raja Pualam (玉帝) sebagai Sakra sang Raja para dewa dalam literatur ajaran Buddha India. menurut catatan ini beliau menjalankan pemerintahan di sebuah negeri tempat tinggal para dewa yang disebut Trāyastriṃśa terletak digunung suci Maha Meru (gunung legenda dalam ajaran Hindu dan Buddhis yang dikatakan merupakan pusat seluruh alam semesta dimana matahari dan rembulan bertemu).

Pemujaan terhadap Raja Pualam (玉帝) dalam rumah peribadatan Tiongkok (Klenteng) umumnya tidak menggunakan medium rupang , namun ada juga klenteng yang secara khusus mendirikan altar atas nama beliau lengkap dengan rupang berwujud seorang pria yang menggenakan jubah kaisar (bervariasi dari setiap dinasti) berwarna/ berlapis emas dan tengah mengengam sebuah papan perintah kerajaan.

Klenteng pemujaan beliau yang terbesar berada di Hongkong RRC bernama Yu Huang Bao Dian (玉皇寶殿) terletak di desa A Kung Ngam . Didirikan sejak abad ke 19 oleh para pekerja tambang dari daerah Huizhou dan Chaozhou.



Permaisuri-nya bernama Ti Mu Niang-Niang(王母娘娘), majikan dari gugusan lima pulau di sekitar gunung Penglai. (蓬萊仙島) Beliau mewakili unsur Yin (wanita, dingin, negatif) yang paling murni. Dalam kesehariannya, beliau memelihara sebuah taman buah persik, yang hanya mekar dalam kurun waktu 3000 tahun. Setelah dipetik buah-buah itu akan dipersembahkan sebagai jamuan pesta para dewa. buah persik ini mampu membuat pemakannya awet muda dan bebas dari segala penyakit.

Kendaraan beliau adalah seekor burung phoenix atau burung merak, menyesuaikan Raja Pualam (玉帝) yang mengendarai seekor naga. Rupang Ti Mu Niang-Niang (王母娘娘) umumnya diwujudkan sebagai wanita cantik dengan pakaian anggun seorang permaisuri, namun ada juga yang melukiskan wajah beliau sebagai seorang nenek tua yang memiliki suara merdu seperti gadis remaja.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa sosok Ti Mu Niang-Niang(王母娘娘) adalah Xi Wang Mu (西王公), sang ratu wilayah barat, dalam kisah mitologi yang lebih tua. Pemujaan terhadap beliau telah ada sejak jaman Negara-negara berperang. Dalam kisah awal ini Xi Wang Mu (西王公) digambarkan berpenampilan seperti monster dengan gigi menyerupai harimau dan memiliki ekor singa. Beliau menjadi penguasa wilayah barat merangkap pemimpin segala jenis setan dan bibit penyakit.

Pada masa dinasti Han sosok monster kemudian diubah menjadi seorang gadis cantik dan peran dewi penguasa wilayah barat bukan lagi menjadi pemimpin atas setan namun justru menjadi salah satu dewi tao yang bertugas membimbing manusia mencapai tingkat kedewaan.

Legenda lainnya menyatakan bahwa semula Xi Wang Mu (西王公) merupakan istri dari Dong Wang Gong (東王公) raja penguasa daerah timur. Mereka memiliki Sembilan putra dan dua-puluh empat putri. Raja penguasa timur dan ratu wilayah barat tinggal di puncak gunung Kunlun (崑崙山) dan menghabiskan waktunya dengan menanam buah persik.

Ti Mu Niang-Niang (王母娘娘) umumnya dipuji sebagai Dewi yang memberkahi panen-panen raya serta melindungi setiap kelahiran.

Konon para raja dan penguasa-penguasa tiongkok hingga hari ini, memiliki kebiasaan untuk mendaki puncak gunung KunLun (崑崙山). Disana mereka mengadakan upacara persembahan untuk memohon restu dari Raja Pualam (玉帝) dan Permaisuri langit, agar mampu mengemban jabatannya dengan baik. Sebab mereka percaya bahwa Kaisar-kaisar Mitologi dalam Sejarah Tiongkok (pada jaman dinasty Xia dan dinasty Shang) dilahirkan oleh Ti Mu Niang-Niang (王母娘娘)

Sosok Ti Mu Niang-Niang(王母娘娘) memiliki peran penting dalam kisah-kisah kedelapan dewata, ia juga dikatakan merupakan dewi yang memberi si pemanah HouYi (后羿) dua buah pil keabadian yang pada akhirnya malah ditelan oleh kekasihnya Chang’e (嫦娥) sang dewi Rembulan.

Peringatan akan Raja Pualam (玉帝), diadakan setiap tanggal 19 pada bulan pertama menurut sistem penanggalan china sementara permaisuri langit, Ti Mu Niang-Niang (王母娘娘) diperingati pada tanggal 18 bulan ketujuh. (TAF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar