Tentu saya sadar pula bahwa ini hanyalah bagian dari sebuah proses panjang bagi kematangan karir kepenulisan saya. Rasa puas tentu ada namun bukan berarti saya akan begitu saja berhenti di titik ini, jalan itu masih panjang dan berliku dan saya telah berketetapan hati untuk terus melangkah….
Tentang BIMA:
Buletin aspIrasi Mahasiswa widyA mandala (BIMA) merupakan salah satu bagian dari program kerja SMPT 2010 /2011 Universitas Widya Mandala Madiun. Buletin ini diterbitkan oleh tim Jurnalistik SMPT 2010/2011 dengan tujuan agar bisa menjadi suatu fasilitas dalam hal pengembangan minat dan bakat jurnalistik mahasiswa Unika Widya Mandala Madiun.
Konsepnya awalnya adalah kehadiran sebuah bulletin “dari Mahasiswa dan untuk mahasiswa” Karena itu dalam formatnya setiap HMJ mendapatkan satu halaman khusus untuk menulis apa saja tentang Program pendidikan mereka. Kemudian ada beberapa liputan seputar perkembangan kampus, serta tak ketinggalan tulisan-tulisan umum para mahasiswa baik berupa puisi, cerpen, humor dan bahkan karikatur.
Untuk edisi perdana-nya sesuai kesepakatan tim dan dosen pembimbing. Hanya dicetak sederhana sebanyak 60 buah dan dijual dengan harga 6000 rupiah saja namun dengan format full colour + sticker.
Nama BIMA sendiri diambil dari tokoh pewayangan Bimasena. Pemilihan nama ini tentu telah disesuai dengan sifat sang Tokoh dalam lelakon Bratayudha serta filosofi dari Tim Jurnalistik sendiri. Bimasena alias Brontoseno yang selalu berbahasa ngoko dan mengatakan kebenaran tanpa tendheng aling-aling diharapkan mampu mencerminkan sifat Independesi dan netralitas kami dalam menyajikan sebuah tulisan. Bakti sang putra kedua prabu Pandu dewanata itu kepada keluarganya juga diharapkan mampu memupuk semangat kekeluargaan diantara segenap Civitas Akademika Unika Widya Mandala Madiun. Lebih jauh lagi diharapkan Sifat sang Werkudara yang selalu mengayomi sesamanya bisa terwujud lewat kehadiran buletin ini yang memang diharapkan kelak menjadi wadah bagi pengembangan bidang jurnalistik kemahasiswaan.
Perbandingan Sederhana
Puisi ini dibuat di tahun 2011 beberapa hari setelah kepulangan Mas Andra ketanah Jawa. Ditujukan untuk the special someone. Awalnya Mas Andra punya rencana untuk mempertemukan saya kembali dengan si dia namun karena satu dan dua hal pertemuan itu tak pernah terjadi dan hanya bisa dituangkan dalam bentuk puisi. (bahkan sejak awal kepulangannya, bersama Agung ,Mas Andra sudah hobby mengolok-ngolok bahwa saya akan CLBK dengan gadis itu, setelah sekian lama. Benarkah?)
Sejak awal Tim jurnalistik BIMA memang telah menyediakan satu halaman untuk puisi namun sampai hari H belum ada satu-pun puisi yang masuk ke Meja redaksi. Redaksi-pun memaklumi bahwa jarak waktu yang pendek sejak diumumkan rencana penerbitan hingga deadline tentu menjadi kendala tersendiri. Lagipula sebagai sebuah pilot project. Istilah jawanya Mbabat Alas kemungkinan sukses dan gagal sama besarnya. Wajar bila sebagian mahasiswa masih kurang animo-nya terhadap penerbitan BIMA edisi perdana ini.
Halaman puisi tentu tidak boleh kosong, harus diisi sebelum naik cetak. Alhasil bola-pun bergulir kepada saya yang kebetulan juga merupakan salah satu anggota dari tim Jurnalistik ini. Lagipula diantara anggota tim lainnya sayalah yang dirasa mengemban tugas yang paling enteng. Maka diputuskan bahwa sayalah yang bertanggung-jawab untuk mengisi halaman itu, dan gayung-pun bersambut sebab selain ini merupakan bagian tanggung jawab sebagai bagian dari tim jurnalistik. saya juga percaya bahwa ini merupakan kesempatan yang baik. Bagaimanapun edisi perdana memiliki nilai lebih dibandingkan edisi-edisi lainnya. Edisi perdana adalah sebuah titik bersejarah, dimana semua dimulai. Saya bangga bisa menyertakan “perbandingan sederhana” dalam proyek buletin ini.
Selain saya ada Mbak Hery dan Mbak Susi , Mbak Devi juga Aryuk dan Yunita serta Mbak Fena, kemudian cowoknya ada Jerry, Mas Bintang dan Mas Aris. Mereka-mereka inilah yang sesungguhnya menjadi arsitek dalam penerbitan BIMA edisi perdana. Sementara saya hanyalah tukang rewang atawa pembantu umum.
Awal –awal menuju penerbitan banyak aral yang melintang ,kami nyaris putus asa untunglah sang Ketua senat terus memotivasi kami, akhirnya berkat usaha mereka-mereka yang tak kenal lelah serta dukungan dari teman-teman semua akhirnya proyek ini terealisasi juga. Bahkan mendapatkan animo yang luar biasa dari para pembaca.
Harapan kami tentu agar proyek ini dapat berkelanjutan hingga akhirnya bulletin ini dapat menjadi sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa bagi pengembangan jurnalistik lingkungan kampus. Lebih jauh lagi kami juga memiliki cita-cita bahwa kelak BIMA akan menjadi besar dan mandiri.
Mewakili tim Jurnalistik SMPT 2010 -2011 tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih atas partisipasi segenap kontributor, baik penulis, narasumber artikel, hingga model kover. Yang perlu diingat adalah bahwa BIMA bukan proyek satu dan dua orang namun segenap civitas akademika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar