Senin, 22 Agustus 2016

Baru Baca: Ketika Cinta Berbuah Surga oleh Habiburrahman El Shirazy

Policy and Disclaimer


Tiba di kota Solo pada tanggal 21 Agustus 2016 jam 16.30 WIB, dengan penampilan mirip seperti dahulu Alm. Liem Sioe Liong, untuk pertama kali-nya datang dari Fujian ke Indonesia, hanya berbekal kaos yang menempel di tubuh dan DOMPET tentu-nya (Bagasi sudah dititipkan ke saudara yang kebetulan juga pulang  dari Semarang ke Madiun via kendaraan pribadi) Awalnya ingin langsung melanjutkan perjalanan dengan kereta yang berangkat 17.30 WIB, namun manusia hanya bisa berencana, Langit jua yang akhirnya menentukan.....

Karena kebetulan ini hari minggu dan masih termasuk rangkaian liburan hari kemerdekaan sejak tanggal 17 agustus lalu. Saya-pun kehabisan tiket, dan baru bisa pulang dengan kereta api yang berangkat pukul 22.00 WIB malam.

Lantas, selama kurun waktu kurang lebih 4 jam kedepan ini, saya mau ngapain? Daripada mati kebosanan di stasiun, saya pergi ke mall Paragon sekalian cari makan malam dan mampir ke gerai Togamas, untuk membeli sebuah buku “ringan” yang bisa  dibaca sambil menunggu waktu keberangkatan. Seperti biasa ada beberapa judul yang menarik di rak dan saya memutuskan membeli buku ini.

                                                  


Kumpulan cerita inspiratif islami karya Habiburrahman El Shirazy. Berjudul “Ketika Cinta Berbuah Surga” terdiri dari 30 cerita pendek, diterbitkan oleh komunitas Aktivis Dakwah, saya  dapat yang terbitan kedua tahun 2015 dengan harga 36.000 rupiah.

Habiburrahman El Shirazy langsung menjadi salah satu novelis lokal favorit saya, sejak pertama kali berkesempatan membaca salah satu karya beliau  yang berjudul “Ketika Cinta Bertasbih” (waktu itu masih dalam format e-book).Menurut penilaian saya karya kang Abik itu luar biasa! Sekelas dengan karya-karya novelis Internasional. Cukup berbobot, netral serta kaya akan unsur-unsur islami dan kearifan lokal.

Memang ada juga  opini-opini  nyinyir diluar sana, yang menyatakan bahwa plot yang disajikan  kang Abik terkesan sederhana, bahkan ada yang berpendapat bahwa novelis sekelas Kang Abik-pun belum bisa keluar dari kebiasaan novelis-novelis pada  umumnya yang senantiasa memberikan “Happy Ending” kepada setiap karakter-nya. Semua pembaca tentu berhak memberikan penilaian masing-masing terhadap suatu karya novel, terserah mereka, saya sendiri justru memberikan applause dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas  karya kang Abik yang sanggup membawa perasaan pembaca-nya berkelana dan berpetualangan, hingga menciptakan semacam reaksi intelektual dalam proses membaca karya beliau dan hal yang demikian inilah yang menurut saya justru paling menyenangkan dalam membaca sebuah novel.

Lagipula sesuai dengan tujuannya, setiap karya kang Abik sanggup menanamkan pesan-pesan moral yang kuat kedalam sanubari para pembaca-nya, lebih jauh lagi menginspirasi mereka. Inilah yang menurut saya menjadi sebuah tolok keberhasilan sejati dari setiap karya kang Abik, benar-benar sebuah novel yang sanggup membangun jiwa.

Kembali lagi ke buku kumpulan cerita ini,  sepintas saya teringat akan buku seri kumpulan kisah dan inspirasi  “Opening The door Of Your Heart” ( diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul si Cacing dan kotoran kesayangannya) Oleh Ajahn Brahm. Gaya penyampaian dan berceritanya sama-sama  ringan lewat format bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh semua orang.

Ketika Cinta Berbuah surga, bisa dibaca oleh semua kalangan. Nilai-nilai yang ingin disampaikan Kepada Khalayak umum mungkin lebih kepada nilai-nilai islam sebagai agama yang universal, yang bisa diterima dan diikuti oleh siapa saja, serta mengajarkan manusia untuk memperbaiki kualitas kehidupan dengan jalan misalnya membina diri dan bersedekah. Sementara kepada pembaca muslim sendiri, penulis lewat kisah inspiratif-inspiratifnya mengajak untuk semakin percaya dan pasrah pada jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Mengikuti segala perintah-NYA dan menjauhi setiap laranganNYA.

Dari ketigapuluh cerita pendek dalam buku ini ada beberapa cerita yang sangat menarik bagi saya yaitu pada kisah “Karena Dendam pada Serigala” dan “Tongkat sang Pengkhianat” yang mengajak  para mengasah logika berpikir secara benar dan Islami. Demikian juga dengan kisah “Ulama Penakluk Singa” yang senantiasa mengingatkan kita untuk senantiasa menjadi mahkluk penyabar dan setia pada kebenaran. Dalam kisah “Si Kaslan dan Kakek Tua” yang mengajari kita akan hakikat untuk menjadi seorang yang berhasil dalam kehidupannya. Ada pula kisah “Malaikat dan tiga lelaki cacat” serta “Khalid dan Komandan Romawi yang syahid” akan menginspirasi kita betapa Islam adalah agama yang sarat akan nilai-nilai Universalisme dan kebenarannya bisa diikuti oleh siapa saja sepanjang jaman. Terakhir kisah “Imam Ahmad, Orang Tua dan Anjing” yang harus dibaca secara mendalam dengan bijak nan sarat makna.

Tidak seperti  karya-karya Ajahn Brahm,yang murni diterjemahkan kedalam seluruh kata pandanan bahasa Indonesia, dalam “Ketika Cinta Berbuah Surga” ini terdapat beberapa ungkapan dan kalimat yang tetap dicetak dalam  format bahasa Arab, acapkali disertai terjemahan namun ada beberapa yang tidak. Sehingga mungkin akan menyulitkan para pembaca dari kalangan umum, kendati demikian tentu kita menyadari bahwa hal-hal yang demikian itu tidak terhindarkan. Sebab buku ini memang berangkat dari akar – akar nilai keislaman dan ditujukan sebagai sarana dakwah, edukatif bagi umat-NYA. (TAF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar