Sabtu, 16 Januari 2016

Baru nonton: Christmas Rose (聖誕玫瑰) (2013)




Policy and Disclaimer

http://www.imdb.com/title/tt2928084/

Penjiwaan aktor standart, garis besar plot mudah ditebak sejak awal. Mencoba menghadirkan unsur misteri tapi bisa dikatakan "garing".Keseluruhan lebih terkesan sebagai film drama sama sekali kurang dari segi mistery apalagi Thriller. Bahkan bunga-bunga kertas itu, meski difungsikan sebagai obyek utama, dan bahkan didampuk sebagai kunci penyelesaian seluruh "kasus" tidak memberikan kesan yang mendalam (seperti Obyek jari dalam film independen Cin(t)a karya Sammara Simanjuntak maupun "perahu kertas" dari film adaptasi Perahu kertas oleh Hanung, yang mampu menjadi identitas bagi film tersebut)

Ini tentang Aaron kwok yang lagi-lagi berperan sebagai seorang penegak hukum, kali ini sebagai Jaksa penuntut sama seperti dalam film  Silent Witness (2013) dandanan sekilas tampak sama, bahkan set dalam ruang sidang sama, jika-pun ada yang membedakan di Silent Witness si Aaron Kwok disebut sebagai jaksa penuntut Tong Tao di Christmas Rose beliau-nya disebut jaksa penuntut Tim Chan :v

Yang membuat saya merenung dari film ini adalah obrolan tentang aspek tuduhan / stigma sosial. Hal-hal seperti inilah yang terkadang harus diakui dalam dunia nyata, tentnag menentukan salah atau-pun benar (bahkan dalam pengalaman kehidupan saya) telah menyingkirkan unsur praduga tak bersalah dalam diri seorang tertuduh bahkan sebelum yang bersangkutan sempat membela diri dan disidangkan secara adil.

Tuduhan / stigma negatif yang dilancarkan oleh pihak mayoritas dalam suatu komunitas karena penilaian sepihak (yang jauh dari unsur netralitas dan hanya dipenuhi emosi) untuk memojokkan mereka yang tertuduh (minoritas).

Sudah jelas pula tentunya, bahwa pihak minoritas dalam menghadapi tuduhan /stigma sosial ini, tidak mungkin berhasil untuk membersihkan namanya,pertama karena si tertuduh sendirian kedua yang bersangkutan jarang mendapatkan kesempatan untuk membela diri dan didengar dalam sebuah mimbar yang adil dan netral, ketiga merujuk pada sifatnya, stigma atau pendapat yang dipercaya oleh mayoritas orang pada akhirnya akan terdialektika menjadi kebenaran.

Lebih jauh lagi, konsep stigma sosial ini justru bisa membuat kita juga menilai terhadap kompetensi berpikir anggota-anggota dalam komunitas itu apakah terdiri dari individu-individu yang cenderung memiliki kerangka dan kebebasan berpikir atau sekedar mereka-mereka yang ikut arus tanpa analisis?

Perihal diri saya, sampai saat ini-pun selalu bertanya-tanya, andai semua stigma sosial negatif terhadap diri saya itu tidak pernah ada, apakah kehidupan saya akan menjadi lebih baik? Kemudian lebih jauh lagi melahirkan pertanyaan baru apakah stigma sosial adalah bentuk bullying secara massal?

kemudian bagaimana jika "ternyata" Stigma Sosial negatif macam ini dulunya juga menimpa kasus-kasus mereka?

Apakah semua tuduhan Nazaruddin terrhadap Anas itu benar?
Apakah Anas memang layak digantung dimonas?
Apakah benar Lia Eden itu nabi palsu?
Apakah benar Antasari itu ngga bersalah dan hanya dijebak?
Apakah  R.J Lino itu 100% bersalah?

Ah sudahlah….

cuman pengin update blog yang ngga jelas dan dibuat oleh seorang rakyat yang justru merasa bangga menjadi bagian dari gerombolan rakyat ngga jelas di republik ini…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar