Sabtu, 27 Februari 2016

Baru baca: Imperium oleh Robert Harris

Policy and Disclaimer


Kebanyakan dari kita mengetahui perihal peradaban Romawi hanya dari pengenalan dasar sewaktu kita disekolah, entah lewat Subjek mata pelajaran Sejarah, Anthropologi dan Sosiologi mungkin sedikit juga disebut dalam pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi serta Agama. Sayangnya semua itu hanya berupa potong-potongan kecil. (memang tidak mungkin bisa dihadirkan secara utuh, sebab Romawi sendiri adalah sebuah peradaban tua dan raksasa yang turut andil membentuk peradaban-peradaban lainnya di Benua Eropa, Asia dan Afrika.)

Dari kisah pengantar tentang “jaman Romawi kuno” ini, kita paling-paling hanya akan mengetahui bahwa pernah hidup di sana, di jaman itu, seorang tokoh bernama Marcus Licinius Crassus, yang disebut sebagai orang terkaya di dunia, pada masa itu (bahkan sampai sekarang), lebih jauh lagi jika cukup beruntung,Kita mungkin bisa dapat mempelajari sebuah fakta: bahwa kesatuan pemadam kebakaran merupakan ciptaan beliau, dan sekaligus ironis saat mengetahui betapa tim Pemadam kebakaran versi Crassus ini awalnya justru merupakan pasukan teror, yang digunakan untuk kepentingan akusisi sebuah kawasan properti dengan harga murah.

Ada tokoh lagi yang disebut Pompeius Magnus, jika mau kita analisa secara netral merupakan seorang pahlawan dan tokoh yang paling kompeten di masa-nya. Hanya sayang, takdir tak pernah benar-benar memihaknya. Akibat intrik politik serta kalah dalam peperangan, beliau harus melarikan diri ke mesir dengan mengenakan pakaian wanita, sebelum akhirnya dipenggal oleh penguasa disana. (dikisah-kisah kemudian hari, sang jenderal besar ini seringkali disudutkan dan diceritakan sebagai pihak antagonis….)

Tokoh yang paling dikenal tentu saja adalah Gaius Julius Caesar, tokoh paling ambisius di jamannya, dengan kutipan kata favoritnya Veni, Vidi, Vici (Aku datang, aku lihat, aku menang) yang juga merupakan pencipta sistem perhitungan kalender masehi yang masih kita gunakan hingga sekarang (sebenarnya beliau juga layak dicatat sebagai salah satu leluhur yang menurunkan garis dinasti kekuasaan Julian – Claudius, dimulai dari Octavian Augustus, putra-nya Tiberius dan kemudian si gila Caligula, jenderal Claudius, sampai diakhiri oleh si biadab Nero Germanicus), Julius Caesar seorang playboy tampan yang kemudian terlibat dengan Cleopatra. Berperan dalam pembubaran Republik dan menjadikan Roma kembali sebagai suatu Monarki.

Jumat, 26 Februari 2016

Kebijakan menyoal artikel review di blog ini.....

Dalam me-review saya tidak akan merepotkan diri dengan menulis rangkuman sinopsis. Silahkan baca atau tonton jalinan kisah itu sendiri. Secara utuh, secara asli. Menurut saya ini akan lebih menarik! Dan bukankah hal ini merupakan nikmat dan fitrah dari sebuah kegiatan “Membaca buku”?

Tapi jika anda sekalian terlalu malas, meski sedikit mengecewakan. Tetapi itu tentu itu merupakan hak anda sepenuhnya, silahkan cari sendiri sinopsis – sinopsis buku dan mungkin film yang saya review via situs pencarian, seperti Yahoo! dan Google, yang jelas tidak di Blog ini, karena jika beruntung-pun anda cuman akan membaca potongan-potongan spoiler-nya.

Saya juga hanya akan membahas menyoal alur, latar, karakter, isi halaman dan lain sebagainya itu secara eksplisit. Sebatas saya anggap perlu dan relevan. Sungguh saya memahami tentang teori dasar dan yang berlaku umum bahwa dalam me-review suatu konten buku dan film memang harusnya hal-hal  yang saya sebutkan diatas itu memang wajib dijabarkan. Akan tetapi beribu maaf, Kompetensi maupun  minat saya sama sekali tidak tertuju kearah sana.

 Anggaplah “review” ini sifatnya abal-abal. Dari awal cuman bertujuan untuk membagikan perasaan saya, hasil dari berinteraksi dengan unsur-unsur estetika yang saya dapat dari buku atau film itu, tentang apa yang coba disampaikan dan tersampaikan, tentang hal-hal baru  apa yang mungkin saya dapat dari karya tersebut, lebih semacam apresiasi dari suatu karya. Cuman sebatas itu….

Jumat, 12 Februari 2016

Baru Baca: The Choice (pilihan) Oleh Nicholas Sparks




Policy and Disclaimer

                              How Far Will You Go For Love? 

Ini merupakan karya kedua Nicholas Spark yang saya baca, setelah The Nights in Rodanthe, Memang bukan karya-karya besar yang bersangkutan seperti The Notebook, Message in a Bottle, Safe Haven dan sebagainya. Hal inilah yang agaknya juga membuat apresiasi saya terhadap karya-karya beliau  masih terkesan skeptis.

Saya selalu terheran-heran, mendapati bahwa novel-novel karya beliau bisa memperoleh sejumlah penghargaan literatur dan seringkali diadaptasi menjadi sebuah film. Sejauh ini, menurut pendapat saya pribadi karya seorang Nicholas Spark ngga lebih dari novel-novel kategori Harlequin yang dari awal membaca saja sudah bisa ditebak akhir ceritanya, dengan karakter-karakter yang juga bisa dikatakan too perfect to be true. (Tak lupa disisipi adegan Bercinta yang lagi-lagi terlalu banyak menghamburkan kata-kata puitis dan detail-detail indah). Kalo-pun ada keistimewaan, anggaplah bahwa seorang Nicholas Spark mampu mengali sedikit lebih dalam dan terkadang “berani” memberi akhir kisah yang ngga selalu happily ever after bagi semua pihak.